Senin, 23 Oktober 2023

Oktober 23, 2023 0 Comments

 

TEKNIK KONSERVASI RORAK SEBAGAI OPTIMALISASI PEMELIHARAAN TANAMAN

Penyusun : Nur Fadhilah Syahrawi, S.Hut

 

Rorak merupakan saluran buntu atau bangunan berupa got dengan ukuran tertentu yang dibuat pada bidang olah teras dan sejajar garis kontur yang berfungsi untuk menjebak/menangkap aliran permukaan dan tanah yang tererosi. Rorak juga dapat bermanfaat sebagai media penampungan bahan organik, sumber hara bagi tanaman di sekitarnya.

Rorak adalah galian yang dibuat di sebelah pokok tanaman untuk menempatkan pupuk organik dan dapat berfungsi sebagai lubang drainase. Rorak merupakan salah satu praktik baku kebun yang bertujuan untuk mengelola lahan, bahan organik dan tindakan konservasi tanah dan air. Rorak dapat diisi serasah atau sisa hasil pangkasan tanaman kakao dan gulma hingga penuh dan selanjutnya ditutupi dengan tanah. Saat hujan deras, rorak dapat berfungsi sebagai lubang drainase untuk mempercepat penyusutan air hujan yang menggenang di atas permukaan tanah.

Standar pembuatan rorak

  • Lahan berupa lahan kering dalam 1 ha dapat dibuat rorak sebanyak 30 unit.
  • Panjang rorak 1 m – 5 m dan lebar 0,3 m – 0,5 m.
  • Kemiringan lahan antara 3% – 30%.
  • Lahan peka terhadap erosi.
  • Ketinggian tempat kurang dari 1.500 m dpl (masih memungkinkan tanaman dapat diusahakan).
  • Lahan masih diusahakan oleh petani tetapi produktivitasnya telah mengalami penurunan.

Cara pembuatan rorak

  • Bersihkan lahan dari semak dan gulma.
  • Lakukan pengukuran pada bidang olah sesuai dengan kontur dan pasang ajir pada ketinggian yang sama.
  • Tentukan letak rorak yang akan dibuat sesuai dengan ajir yang telah dipasang.
  • Ukur panjang, lebar rorak sesuai dengan keadaan lahan dan tanaman supaya tidak mengganggu pertumbuhan tanaman (biasanya panjang 1 – 5 m dan lebar 0,3 m membentuk huruf H menghadap lereng.
  • Gali rorak dengan kedalaman 0,3 – 0,5 m dan tanah galian diatur membentuk bedengan dengan ketinggian 0,2 m dan lebar 0,3 m membentuk huruf U menghadap lereng.
  • Ulangi cara pembuatan rorak pada tempat lain sesuai ajir yang telah dipasang.
  • Jarak vertikal rorak satu dengan kedua antara 10 – 15 m.
  • Lakukan perawatan berkala agar rorak tetap berfungsi sebagaimana mestinya.

Gambar 1. Posisi rorak pada lahan berlereng

 A. RORAK PADA TANAMAN KAKAO

Rorak di perkebunan kakao dibuat diantara pokok tanaman dengan ukuran panjang 100 cm, lebar 30 cm, dan kedalaman 30 cm. Selanjutnya rorak diisi dengan bahan organik. Jika volume bahan organik yang tersedia cukup banyak, ukuran rorak dapat diperbesar. Rorak dibuat pada jarak 75 – 100 cm dari pokok tanaman, tergantung dari lebar teras yang tersedia di areal pertanaman. Setelah rorak ini penuh, harus membuat rorak baru di sebelah lain pokok tanaman. Pembuatan rorak ini dilakukan sampai tiba di rorak awal yang sudah siap digali. Kompos yang dihasilkan dari rorak pertama ditaburkan pada piringan tanaman. Piringan tanaman merupakan lingkaran area berjarak sekitar 1 m di sekitar pokok tanaman yang selalu dipertahankan bersih dari gulma.  Pemanfaatan rorak dapat dikaitkan dengan pengelolaan sumber bahan organik di lingkungan perkebunan, seperti: daun penaung, kulit kakao, dan tanaman penutup tanah.

Selain itu, rorak juga dapat digunakan untuk pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT), seperti: Hama Penggerek Buah Kakao (PBK, Conopomorpha cramerella) maupun penyakit busuk buah (Phytophthora palmivora).

Gambar 2 : a. Rorak berisi kulit kakao bekas serangan OPT dan b.Rorak berisi kulit kakao bekas ditutup plastik

A.   RORAK PADA GMELINA

 

Hasil penelitian pemberian rorak pada areal penanaman Gmelina (Pratiwi, 2013) menunjukkan bahwa pemberian perlakuan rorak mempengaruhi secara nyata pertumbuhan tinggi tanaman gmelina. Uji Lanjut Duncan menunjukkan bahwa pada tahun pertama, pemberian rorak dengan jarak lima meter berbeda nyata dengan pemberian rorak 10 m dan dengan kontrol, sedangkan antara rorak berjarak 10 meter dan kontrol tidak berbeda nyata pengaruhnya terhadap tinggi tanaman gmelina. Pada tahun kedua, rorak berjarak lima meter dan kontrol berbeda nyata tetapi antara rorak berjarak 5 m dan 10 m tidak berbeda nyata. Pada tahun ketiga, baik rorak berjarak 5 meter maupun yang berjarak 10 m berbeda nyata dengan kontrol. Dengan demikian penerapan rorak berjarak 5 m dan 10 m cukup efektif dibandingkan dengan kontrol. Pemberian rorak dengan jarak 5 meter dan 10 meter terhadap diameter gmelina pada tahun ketiga berbeda nyata dengan kontrol. Demikian juga antara rorak 5 meter dan 10 meter memberikan hasil yang berbeda nyata. Dengan demikian penerapan rorak berjarak 5 meter dan 10 meter mempengaruhi pertumbuhan diameter gmelina pada tahun ketiga.

Dari hasil penelitian ini dapat dikata-kan bahwa adanya perlakuan teknik kon-servasi tanah dengan sistem rorak, dapat mengurangi aliran permukaan, erosi dan kehilangan unsur hara, yang pada akhir-nya akan mempengaruhi tingkat kesuburan tanahnya. Semakin dekat jarak antar rorak, semakin rendah aliran permukaan, erosi dan kehilangan unsur hara. Adanya kehilangan unsur hara yang rendah, maka pertumbuhan tanaman yang diberi perlakuan rorak menjadi lebih baik jika dibandingkan dengan tanaman pada kawasan hutan yang tidak diberi perlakuan rorak.

 

 

Daftar Pustaka :

Anonim. 2022. ”Rorak”, Inovasi Sederhana untuk Selamatkan Tanaman Kakao saat Kemarau Berkepanjangan. Diakses melalui www. ditjenbun.pertanian.go.id pada tanggal 20 Oktober 2023.

Pratiwi  dan Gustiani, A. 2013.  Aplikasi Teknik Konservasi Tanah Dengan Sistem Rorak Pada Tanaman Gmelina (Gmelina arborea Roxb.) di KHDTK Carita,  Banten. Pusat Litbang Konservasi dan Rehabilitasi.