Senin, 23 Agustus 2021

Pemeliharaan Tanaman Jati

Pohon jati merupakan salah satu jenis pohon yang menghasilkan kayu berkualitas tinggi. Ciri-ciri pohon jati biasanya memiliki ukuran pohon yang besar, batangnya lurus dan juga tumbuh dengan ketinggian antara 30-40 meter. Jenis pohon satu ini memiliki nama ilmiah Tectona grandis .L.F. Kayu yang dihasilkan oleh pohon jati biasanya dimanfaatkan untuk bahan membuat perahu, lemari, bantalan rel kereta, alat musik, gelagar kayu dan sebagainya.


Di Indonesia, biasanya pohon jati dikelola oleh rakyat atau yang disebut dengan hutan rakyat. Dari segi kualitas hasil tentu berbeda dengan tanaman jati yang dikelola secara khusus. Hal ini dikarenakan pola pemeliharaan tanaman jati yang tidak sama. Ada yang pelihara dan dirawat secara tradisional ada pula yang dipelihara dengan cara modern.



Terlepas dari beragamnya metode pemeliharaan tanaman jati, kami akan sajikan cara memelihara tanaman jati agar menghasilkan pohon dan kayu yang berkualitas dan terhindar dari gangguan hama. Berikut cara pemeliharaan tanaman jadi yang bisa dicoba.


A.    Pola Tanam 

Pola tanam bisa dipilih satu dari tiga macam pola, yaitu pola tanaman sejenis (monokultur), pola tanaman campuran, atau pola tumpangsari. 


Jika lahan berada jauh dari tempat tinggal dan petani kesulitan tenaga untuk pengelolaan sebaiknya pola tanaman sejenis (monokultur) yang dipilih dengan jarak tanam 2,5 m X 2,5 m, 3 m X 1 m, 2 m X 3 m, atau 3 m X 3 m. 


Pada lahan yang tidak subur, sangat miring, atau berbatu-batu sebaiknya dipilih pola tanam campuran, dengan harapan longsor dan erosi dapat dicegah, dimana petani dapat menanam berbagai jenis tanaman kayu-kayuan disamping tanaman jati, dikombinasikan dengan jenis tanaman penghasil pakan ternak seperti kaliandra dan gliricideae, tanaman yang dapat menambah kesuburan tanah seperti lamtoro dan turi, sekaligus menanam tanaman MPTS yang dapat dipetik buahnya seperti durian, kemiri, alpukat dan petai. 


Jika lahan cukup subur dan petani memiliki cukup waktu serta tenaga untuk pengelolaan, dapat dipilih pola tumpangsari dengan berbagai jenis tanaman semusim (padi gogo, jagung, kedelai) atau yang dapat dipanen dalam jangka 6-8 bulan (empon-empon) atau yang dapat dipanen dalam waktu 1-3 tahun seperti porang dan gadung, atau yang dapat dipanen secara rutin dalam jangka waktu yang cukup lama seperti camcau, janggelan, merica dan panili. 


B.    Pemupukan 

Pemupukan dilakukan pada umur 1, 2 dan 3 tahun dengan pupuk NPK.  Dosis pupuk pada tahun pertama 50 gr, tahun kedua 100 gr dan tahun ketiga 150 gr per pohon.


 Dapat pula dilakukan pemberian pupuk kandang/kompos dengan takaran 10 kg per lubang tanam. Pada lahan yang asam (pH rendah) dan kurang kapur (Ca), areal di sekitar tanaman perlu diberi kapur tanaman (kapur dolomit) agar pH-nya naik. 


Dosis yang disarankan untuk pemberian kapur dolomit adalah sekitar 150 sampai 250 gr tiap lubang tanam. Teknik pemberian pupuk dengan cara membuat lubang dengan gejik (pasak kayu) di sebelah kanan-kiri tanaman, atau dengan membuat lubang sedalam 10-15 cm, melingkari tanaman pokok dengan jarak 0,5-1,5 m dari batang jati (melingkar selebar tajuk). 


C.    Pemangkasan 

Bagian yang dipangkas adalah cabang pohon. Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan tinggi bebas cabang dan mengurangi mata kayu dari batang utama. 


Dengan menghilangkan cabang atau ranting yang tidak diperlukan maka nutrisi pohon (sari makanan) akan lebih terpusat untuk pertumbuhan pohon (batang dan tajuk utama). 


Kayu hasil pemangkasan dapat dimanfaatkan sebagai kayu bakar dan menjadi tambahan pendapatan bagi keluarga petani. 


Pemangkasan dilakukan mulai tahun ke-3, dimana setengah bagian bawah (50%) dari tinggi total pohon dibersihkan dari cabang dan ranting.  Tetapi us diperhatikan bahwa pemangkasan cabang yang berlebihan (lebih dari 50%) dapat menghambat pertumbuhan pohon jati.


 Pemangkasan Tanaman Jati Pemangkasan dilakukan ketika memasuki awal musim hujan, yaitu sekitar bulan Agustus, ketika cabang atau ranting masih berumur muda(berukuran kecil).   


Pemotongan cabang sebaiknya sedekat mungkin dengan batang utama, namun tidak sampai memotong leher cabang. Leher cabang adalah bagian yang membesar pada pangkal cabang. 


Sisa cabang yang terlalu panjang pada batang akan menyebabkan cacat mata kayu lepas, atau menjadi sarang bagi hama dan penyakit. Pemotongan cabang yang terlalu dalam akan mengakibatkan luka yang besar sehingga lambat tertutup dan juga berisiko terserang penyakit. 


Pengaruh sisa pemangkasan cabang terhadap kualitas batang Pemangkasan dilakukan dengan menggunakan gergaji/gunting wiwil. Untuk ranting kecil/muda pewiwilan dapat menggunakan sabit atau golok yang tajam.   Agar tidak menjadi tempat masuknya hama dan penyakit, bekas pangkasan dapat ditutup dengan cat atau ter.   


D.    Penyiangan   

Pada tanaman jati muda, gulma (tumbuhan pengganggu) seperti tumbuhan merambat, semak, atau rumput di sekitar tanaman   harus dibersihkan secara rutin, karena gulma merupakan pesaing tanaman dalam memperoleh cahaya, air, dan unsur hara dalam tanah, dan tumbuhan yang merambat juga mengganggu pertumbuhan jati, bahkan bisa mematikan.   


Pada tanaman jati dewasa atau setelah tajuk bersinggungan, pembersihan gulma tidak sesering pada tanaman muda. Gulma akan mati dengan sendirinya.  

 Pembersihan gulma akan lebih berhasil (lebih efektif ) jika tanaman jati ditumpangsarikan dengan tanaman pertanian. Pengolahan lahan pada tanaman pertanian sekaligus menjadi kegiatan pembersihan gulma. 


E.    Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT)  

OPT berupa hama yang menyerang tanaman jati adalah rayap/inger-inger, ulan-ulan, penggerek bubuk kayu basah, ulat daun jati dan uret.   Neotermes tectonae (inger-inger) yaitu sejenis rayap pohon. Serangan rayap ini menyebabkan pembengkakan (gembol) pada batang atau cabang.   


Pohon jati dapat terinfeksi inger-inger pada umur 3 tahun. Serangannya baru terlihat setelah umur 7 tahun.  Meluasnya serangan inger-inger dapat dicegah dengan kegiatan penjarangan yang teratur.   


Kerusakan kayu yang diakibatkan oleh hama inger-inger Penebangan/penjarangan terhadap pohon yang terserang inger-inger harus dilakukan sebelum awal musim hujan di saat laron inger-inger belum keluar.   


Bagian-bagian tanaman yang diserang dipotong dan dibakar.   Pengendalian secara kimiawi untuk membunuh inger-inger dapat menggunakan insektisida fumigan phostoxin ¼ tablet atau menggunakan insektisida berbahan aktif fenpropatrin (Meothrin 50 EC).  


 Penggerek batang jenis Monohammus rusticator (ulan-ulan) dapat menyebabkan lubang, pembengkakan, dan patah pada batang.   


Ulan-ulan dan kerusakan yang diakibatkan oleh serangannya Xyleborus destruens (penggerek bubuk kayu basah) menggerek batang kayu jati dengan arah melintang. Apabila kulit kayu dikelupas tampak lubang-lubang pada kayu dengan pinggir lubang terdapat noda hitam. 

  Serangan penggerek bubuk kayu basah menyebabkan kayu   berlubang ke arah dalam (melintang) Tanaman jati yang diserang umumnya berumur 5 tahun ke atas.   Untuk menghindari serangan bubuk kayu basah, sebaiknya jangan menanam jati di daerah-daerah di mana tidak ada perbedaan yang nyata antara musim hujan dan musim kemarau.  


 Bila di suatu daerah telah terjadi serangan bubuk kayu secara hebat, maka di daerah tersebut jangan ditanami jati lagi.   Lakukan pembersihan gulma di sekitar tanaman, untuk mengurangi kelembapan.  


F.  Penjarangan  

Tanaman jati yang terlalu rapat mengakibatkan persaingan antar tanaman untuk mendapatkan cahaya, air, dan nutrisi, berakibat tanaman tumbuh lambat serta bentuk batangnya tidak serasi (tinggi kurus).  


Tanaman yang tertekan dan tidak sehat sebaiknya dibuang untuk memberi kesempatan pertumbuhan kepada pohon yang memiliki kualitas baik (tumbuhnya cepat, sehat dan batangnya bagus).   Kegiatan ini bertujuan untuk:  


(1)   mencegah pohon yang sakit agar tidak menularkan penyakitnya ke pohon yang lain, dan  

(2)   penyebaran (distribusi) tanaman menjadi lebih merata. 


G.    Pemanenan 

Agar dapat memberikan penghasilan yang maksimal sebaiknya pohon jati ditebang jika telah cukup dewasa agar dihasilkan kayu berkualitas baik, minimal pohon telah berumur sekitar 15-20 tahun dan harga kayu sedang tinggi. Volume pohon berdiri dapat dihitung dengan menggunakan tabel volume jati yang disesuaikan dengan kualitas lahan tempat tanaman jati ditanam. 


Sumber: 

https://www.berwirausaha.net/2017/01/peluang-usaha-budidaya-kayu-jati.html/

https://courtina.id/ciri-ciri-pohon-jati/

https://www.cifor.org/publications/pdf_files/Books/BCIFOR1001.pdf

https://bpppagerwojo.blogspot.com/2015/10/pemeliharaan-tanaman-jati.html

https://desaparakansalam.blogspot.com/2017/07/penanaman-dan-pemeliharaan-pohon-jati.html


Tidak ada komentar:

Posting Komentar